Sabtu, 01 Oktober 2011

Binary Operator


Operator biner dikategorikan sebagai berikut:

Multiplikatif operator: perkalian (*), sisanya (%), dan pembagian (/)
Aditif operator: Selain (+) dan pengurangan (-)
Pergeseran operator: shift kiri (<<) dan shift kanan (>>)
Operator relasional: kurang dari (<), kurang dari atau sama dengan (<=), lebih besar dari(>), dan lebih besar dari atau sama dengan (> =)
Kesetaraan operator: kesetaraan (==) dan ketidaksamaan (=!)
Bitwise operator: AND (&), OR (|), dan XOR (^)
Operator logika: AND (& &) dan OR (| |)
Sumber :

Sejarah Angka 0 (nol)


Dunia Barat boleh mengklaim bahwa mereka adalah kawasan sumber ilmu pengetahuan. Namun sejatinya, yang menjadi Gudang Ilmu Pengetahuan adalah kawasan Timur Tengah. Mesopotamia, peradaban tertua dunia ada di kawasan ini.

Muhammad bin Musa Al Khawarizmi inilah yang menemukan angka 0 (nol), hingga kini dipergunakan. Apa jadinya jika angka 0 (nol) tidak ditemukan coba? Selain itu, dia juga berjasa dalam ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tanget, persamaan linear dan kuadrat serta kalkulasi integrasi (kalkulus integral). Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus dan Tangent) adalah yang menjadi rujukan tabel ukur sudut saat ini.
Al-Khawarizmi juga seorang ahli ilmu bumi. Karyanya Kitab Surat Al Ard menggambarkan secara detail bagian-bagian bumi. CA Nallino, penterjemah karya al-Khawarizmi ke dalam bahasa Latin, menegaskan bahwa tak ada seorang Eropa pun yang dapat menghasilkan karya seperti al-Khawarizmi ini.
             Inilah yang menjadi rujukan para ilmuwan Eropa termasuk Leonardo Fibonacce, kemudian  memperkenalkan angka nol ke Eropa, dia banyak dihujat kaum terpelajar di sana. Alasannya, selain angka tersebut berasal dari negeri kaum kafir, Arab (sebenarnya awal mula sejarah angka nol berasal dari peradaban Hindu, tapi diadaptasi, 'dipermudah', dan 'diperluas' oleh ilmuwan arab Al-Khawarizmi), orang2 Eropa juga merasa terancam oleh kehadiran angka ini. Dengan hadirnya angka nol, bisa dikatakan sistem numeral Romawi yang terdisi dari abjad (misal I untuk,V untuk 5,dll) akan menjadi usang.
Kedua, bilangan Romawi sama sekali tidak bisa digunakan untuk menyatakan bilangan desimal. Mungkin angka 1/2, 1/4, dsb (jumlahnya sedikit) masih bisa ditulis dengan berupa simbol sederhana, tapi bagaimana jika menulis 11/17? berapa nilai eksaknya? Semua kesulitan itu disebabkan oleh satu hal, sistem bilangan Romawi tidak mengenal angka nol!
Akhirnya, dengan mempertimbangkan hal tersebut, bangsa Eropa menerima penggunaan bilangan nol. Namun, seandainya mereka dapat meramal masa depan dan melihat efek angka nol bagi peradaban modern, niscaya mereka akan mati-matian mempertahankan sistem bilangan Romawi dan menolak kehadiran angka nol.
Sumber :